Social Icons

Pages

Sunday 15 December 2013

Pelajaran Berharga

Diawali dengan bismillah, menjajakan bunga di sebuah acara kampus pun dimulai. Terperangah saat melihat begitu banyaknya penjual bunga yang serupa, pemandangan yang sejenak menurunkan mental.Tak menyangka mereka sudah seperti jamur yang tumbuh subur di daerah yang lembab. Akan tetapi keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu ada untuk hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menyalakan kembali semangat itu.

Satu jam, dua jam, belum satu pun bunga- bunga itu berkurang dari genggaman.Sementara haus dan lelah mulai melanda.Untung saja bekal air mineral itu selalu setia di dalam tas dan siap kapan saja menghapus dahaga. Pandangan pun mengarah ke sekeliling, melihat mereka yang sama- sama berusaha menjajakan dagangannya. Sekilas nampak raut wajah kelelahan dari mereka, butiran- butiran keringat pun mulai membasahi kulit karena cukup teriknya matahari di pagi menjelang siang itu, akan tetapi perputaran mereka tak jua berhenti. Penolakan demi penolakan mereka hadapi, tak jauh berbeda denganku,karena hari itu memang sepi pengunjung,tak seperti biasanya, begitu tutur seorang penjual minuman. Beruntung, penolakan itu dilakukan secara halus. Kultur budaya jawa seakan telah membius setiap orang untuk berperilaku sopan dan tak melukai hati siapa pun. Begitu pun keramahan pedagang tak pernah sekali pun tak kulihat dari mereka. Begitu sopannya mereka menjajakan dagangannya. Senyum pun selalu mereka sunggingkan dengan ramahnya. Benar adanya slogan 4S yang nota bene menjadi kunci kesuksesan, "Senyum, Sapa, Salam, Sopan”.

Hal yang sama pun diterapkan. Alhasil, meski tak mudah mendapatkan pembeli tapi setidaknya bisa mendapatkan respon yang baik dari mereka. Ajakan untuk foto bersama, mendengarkan kisah para ibu tentang putra- putrinya, atau justru menjawab pertanyaan- pertanyaan mereka tentang pribadiku menjadi pengobat lelah saat itu.

Diantara kesibukan menjajakan bunga, kusempatkan berbincang dengan seorang bapak paruh baya yang sejak tadi berdiri disamping sepeda tua dengan box es krim nya menanti pembeli yang tak kunjung datang. Nampak jelas box es krim itu masih penuh, susunannya belum berubah sejak semula menandakan belum satu pun es krim yang terjual, mungkin juga sudah ada yang laku, tapi baru satu atau dua potong saja. Aku pun memberanikan bertanya, “bagaimana dagangan hari ini pak?”. Jawaban beliau "Alhamdulillah nak, rezeki dari Allah berapa pun harus disyukuri", spontan membuatku kagum kepada beliau.

Allah memerintahkan umat manusia untuk senantiasa bersyukur kepada- Nya. Di dalam Al Qur’an dinyatakan : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152).

Syukur terkadang hanya diinterpretasikan sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah saat kita mendapatkan kenikmatan. Bersyukur dalam keadaan susah seperti itu tak banyak yang bias melakukannya dan tentu saja bapak itu beruntung menjadi salah satunya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Sejenak aku pun menghentikan langkah kaki menawarkan dagangan, sekedar mengelap keringat dan berteduh dari panasnya matahari. Lagi- lagi disamping bapak penjual es krim tadi, sayang aku lupa menanyakan siapa namanya. Pohon rindang yang menaungi lokasi sekitar dimana bapak itu menunggu para pembelinya seakan menjadi magnet yang menarikku kembali untuk berhenti disana. Lagi- lagi aku kagum dengan beliau, tiba- tiba menawarkan es krim secara cuma- cuma untukku. Seolah paham dengan keenggananku menerimanya, beliau pun berkata "Sedekah tidak akan menjadikan milik kita berkurang, justru Allah akan melipatgandakannya". kata beliau.

Benar kata beliau. Sedekah tidak saja membuka pintu rezeki/ tetapi juga melipatgandakan rezeki yang ada pada kita.

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah 2:261).

Subhanallah...

Sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga kudapatkan hari ini.

Monday 9 December 2013

Tak ada yang merasa "paling"

Merasakan kembali kehidupan di kota pelajar adalah suatu anugerah yang tak terkira. Menuntut ilmu menjadi tak lagi sekedar duduk di bangku kuliah, tak lagi sekedar berkomplot dengan buku- buku di perpustakaan, Real Analysis, Advanced Linear Algebra, A Friendly Introduction of Numerical Analysis adalah bagian dalam episode pertama yang harus kuselesaikan untuk merampungkan proyek kecil kehidupanku di kota ini. Lebih dari pada itu,menuntut ilmu menjadi sebuah proses belajar yang unik dan mengasyikkan. Belajar membangun hubungan social dengan banyak orang dari berbagai suku dengan beragam karakter, life style, dan prinsip hidup yang berbeda.

Diantara perbedaan- perbedaan itu, ada satu hal yang menarik perhatianku, yaitu kesamaan habbit sebagian besar mereka. Rutinitas melaksanakan sholat berjamaah, sholat sunah, dan puasa senin kamis ternyata hamper dimiliki oleh sebagian besar mereka,khususnya mahasiswa. Sebagian karena memang sudah menjadi kebiasaan sejak sebelum menyandang status sebagai mahasiswa, sebagian merupakan akibat dari energy positif yang ditularkan oleh sebagian kepada sebahagian lainnya. Harus diakui bahwa kampus ini dipenuhi dengan energy positif yang terpendar dari setiap elemennya, dosen dan tentu saja mahasiswa. Yang tak pernah menjadi pernah,yang malas menjadi rajin dan yang rajin menjadi semakin rajin. Disini, keangkuhan dan kesombongan tak diizinkan beroperasi. Tak ada yang merasa paling hebat, tak ada yang merasa paling pintar, sekalipun sebenarnya diantara mereka tergolong sebagai anak-anak superior yang pernah menyandang gelar juara olimpiade matematika tingkat internasional.Kerendahan hati untuk mengakui bahwa ternyata diri ini tak tahu dan belum bisa apa- apa memotivasi setiap diri untuk menjadi tahu dan menjadi bisa apa- apa. Atmosfer kampus dengan nuansa islami benar- benar terasa disini.
Semoga tetap istiqomah melakukan kebaikan dalam hidup dimasa sekarang dan mendatang.