Social Icons

Pages

Wednesday 11 June 2008

Anak-anak Jalanan dan HIV AIDS

Si Budi kecil kuyup menggigil, menahan dingin tanpa jas hujan. Di simpang jalan Tugu Pancoran, tunggu pembeli jajakan koran.....”


Petikan lirik lagu di atas mengajak kita untuk dapat merasakan kehidupan anak-anak jalanan. Budi yang dipaksa oleh zaman untuk merelakan waktu bermainnya. Budi melewatkan masa-masa yang semestinya bersenang-senang dengan teman-teman sebaya dan keluarga mereka, saat seperti anak-anak lain yang bisa duduk manis mengerjakan tugas-tugas sekolah sambil menikmati hidangan.

Sebuah potret kehidupan anak-anak jalanan yang sugguh sangat ironis seringkali kita lihat. Mereka adalah salah satu korban kejamnya dunia. Mereka dipaksa untuk menghadapi kerasnya kehidupan kota yang semestinya bukan untuk dihadapi anak sesusia mereka. Pendidikan yang layak tak pernah bisa mereka dapatkan. Bagi mereka, setiap detik waktu adalah untuk mencari uang demi mengisi kekosongan perut. Hanya fisik, keberanian dan sedikit ”otak” yang digunakan untuk mempertahankan hidup bagi sebagian mereka.

Minimnya pendidikan yang mereka kecam seringkali menjerumuskan mereka ke dalam lembah kenistaan, dengan melakukan tindakan-tindakan amoral. Narkoba dan seks bebas terkadang sudah menjadi hal biasa bagi sebagian anak-anak jalanan itu. Kepolosan mereka terkadang berubah menjadi keberingasan. Ditambah ”suntikan-suntikan” dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan fenomena nyata yang mereka saksikan sendiri di kehidupan jalanan, membuat mereka ikut melakukan perbuatan asusila itu. Seks bebas di kalangan anak-anak jalanan kini bahkan sudah menjadi pemandangan umum di kota-kota besar.

Penularan HIV/AIDS di kalangan mereka melalui seks bebas dan narkoba adalah sebuah ancaman yang sudah terjadi dan harus segera kita atasi. Dalam usia produktif seperti mereka memang rentan terpengaruh oleh hal-hal negatif. Bila tidak segera ditangani, maka bangsa ini akan kehilangan banyak generasi muda penerus bangsa seperti mereka yang sesungguhnya memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk membangun bangsa ini.

HIV/AIDS memang momok yang menakutkan, tapi bukan untuk dibiarkan. HIV/AIDS akan menggerogoti tidak hanya fisik melainkan juga mental anak-anak bangsa. Mereka yang sudah terkena harus segera ditindaklanjuti. Sebagai warga terpelajar, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk membimbing dan mengarahkan mereka agar dapat memanfaatkan waktu yang tersisa untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Sama halnya bagi mereka yang masih bersih dari narkoba maupun HIV/AIDS, pendidikan yang layak perlu diberikan untuk menuju kehidupan yang lebih baik bagi mereka. Dukungan dan motivasi bagi mereka untuk terus maju dan berkembang agar nantinya bisa keluar dari kehidupan jalanan sangat perlu kita berikan. Tidak hanya pemerintah, melainkan itu semua adalah menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat sebagai warga terpelajar dan beragama. Semoga tidaka akan ada lagi Budi-Budi lain yang terjerumus dalam kenistaan melainkan akan lahir Budi-Budi yang cerdas, sehat dan berakhlak mulia.


1 comment:

FORUM HUKUM said...

Semoga kamu senang dengan puisi-puisiku. Salam kenal...
KUMPULAN PUISIKU

RINTANGAN DI BULAN MEI
Ketika hidup harus dilalui
Ketika jalan harus ditapaki
Meski kerikil dan duri tersebar di jalan yang kulalui
Sepertinya memang harus aku lalui
Karena jalan itulah yang harus kutempuh
Meski penat, letih dan lelah merambati tubuh ini
Serta keringat mengucur membasahi tubuh
Aku tak boleh berhenti sedikitpun
Apapun rintangan yang menghadang
Apapun halangan yang membentang
Tak ada kata menyerah
Jangan ada kata menyerah
Sampai aku merasa tak mampu lagi
Sampai kakiku tak bisa melangkah lagi
Sampai nafasku terhenti satu satu
Sampai langkahku tertatih tatih
Sampai tangan ini tak bisa lagi menggapai lagi
Aku harus terus melangkah
Aku harus terus berjalan
Aku harus terus berjuang
Aku harus terus berlari
Sampai ujung usiaku nanti
Tuhan.......
Kenapa di bulan Mei ini aku harus menerima ujianmu
Yang begitu sarat dengan beban di pundakku
Yang begitu berat membebani hidupku
Kenapa.......?
Kenapa......?
Kenapa Engkau memberiku ujian seberat ini
Padahal......
Setiap harinya telah aku lalui
Setiap harinya aku jalani
Setiap harinya aku tapaki
Dengan segenap kekuatanku
Dengan segenap kemampuanku
Dengan segenap dayaku
Meski aku tak tahu
Sampai kapan semuanya kan berakhir
Kan berhenti......
Kan berlalu......
Tuhan.......
Kalau boleh aku bertanya....
Kalau boleh aku meminta...
Meski aku tahu, karena Engkau Maha Tahu
Sebelum aku meminta...sebelum aku bertanya
Engkau telah tahu kalau aku menjalani kehidupanku seperti ini
Seperti hari-hari biasa.........seperti hari-hari kemarin....
Yang tak pernah berubah
Yang tak pernah berganti
Dari sepinya ujian dan cobaan
Dari halangan dan rintangan
Dekat.....dekat...dan dekat
Hingga akhir hayat


Bandar Lampung, 28 Mei 2008-05-2008
Pukul 08.36 WIB
Kupersembahkan untuk Isteri dan Anak-anakku
Dari Ayah yang tak pernah sepi dari ujian.
IMAM SUPRIADI

SATU SATU BERLALU
Satu satu pun berlalu
Persoalan-persoalan yang datang menghampiriku
Satu satu pergi
Satu satu lagi kan datang
Entah sampai kapan......


YANG KUMINTA BUKAN YANG KUMAUI
Aku datang kepada seseorang
Karena aku butuh dirinya
Tuk mengerti apa yang kurasa saat ini
Tuk memahami persoalan yang sedang kuhadapi
Aku bercerita padanya
Aku sampaikan keluhan padanya
Tapi apa yang kudapat
Tapi apa yang kudengar
Yang kudapat
Yang kuminta bukan yang kumaui